RENCANA TANGGAP DARURAT BAHAN KIMIA
Meskipun sudah banyak cara dan usaha untuk mencegah kecelakaan, tetapi masih saja dapat terjadi kecelakaan dalam laboratorium. Oleh krena itu, untuk menghindari akibat buruk diperlukan usaha-usaha pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan. Meskipun banyak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang umumnya cukup luas, tetapi P3K dalam laboratorium kimia dalpat diarahkan pada kecelakaan berupa: luka bakar, luka pada mata, dan keracunan.
Fungsi
perlindungan berarti penurunan kemungkinan kecelakaan dan bahaya ketingkat
terendah yang mungkin dicapai. Penyediaan sarana untuk mengatasi kecelakaan dan
penyediaan peralatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Bahaya
laboratorium kimia terutama berasal dari listrik, bahan kimia beracun dan
berbahaya, gas dan air. Bentuk bahaya yang sering terjadi adalah kebakaran.
Untuk mengatasi bahaya ini, maka pesyaratan utama laboratorium kimia adalah ketersediaan dan
keamanan sistem utilitas (listrik, gas, air dan pemadam kebakaran). Sistem
ruang asam dan cara kerja yang selalu berusaha menghindari kecelakaan.
Biasanya
pertolongan pertama selalu diikuti pengobatan dengan pemberian antidote. Pemberian antidote kimia
biasanya dihindarkan dan pemberian obat hanya dapat diberikan oleh dokter.
Tetapi dokter jaga atau dirumah sakit memerlukan informasi jelas sebab-musabab
kecelakaan. Terutama bila terjadi keracunan perlu diberitahukan agar dokter
yang bersangktuan dapat memberikan obat dengan tepat.
Ada empat
tahapan utama untuk mengelola keadaan darurat berskala besar, yaitu: mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.
1.
Tahap Mitigasi, meliputi upaya untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya
insiden dan membatasi pengaruh insiden yang terjadi. Upaya mitigasi dapat
berupa prosedural, seperti menyimpan bahan dengan aman,atau bersifat fisik,
seperti sistem sembur.
2.
Tahap Kesiapsiagaan, adalah proses pengembangan rencana untuk mengelola
keadaan darurat dan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa laboratorium siap
menangani keadaan darurt. Tahap ini termasuk menyimpan bahan dengan tepat,
melatih pegawai, dan menyiapkan rencana komunikasi.
3.
Tahap Tanggap Darurat, mencakup upaya untuk mengelola keadaan darurat saat
terjadidan mungkin menyertakan lembaga tanggap darurat luar serta staf laboratorium.
Keefektifan dan keefisienan tanggap daruratbergantung pada pemahaman semua
orang terhadap peran mereka masing-masing dan perlengkapan yang mereka
butuhkan. Maka dari itu, pelatihan dan perencanaan sebelumnya melakukan
pekerjaan laboratorium sangatlah penting.
4.
Tahap Pemulihan, meliputi tindakan yang diambil untuk mengembalikan
laboratorium dan daerah yang terpengaruh kekeadaan sebelumnya sehingga kembali
berfungsi denga aman. Tahap ini juga memberikan peluang untuk mengkaji tahap
lainnya.
Keempat tahap
tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan lainnya. Namun langkah
terpenting dalam mengelola keadaan darurat adalah perencanaan.
Perencanaan Darurat manajer laboratorium harus
memerintahkan kepada para pegawainya untuk mematuhi prinsip dasar berikut ini
agar bekerja dengan selamat dan aman dalam laboratorium yang berisi bahan
kimia. Tetapi, banyak bahan kimia berpotensi menyebabkan bahaya jika
disalahgunakan baik secara tidak sengaja maupun sengaja. Pimpinan laboratorium
bertanggung jawab untuk mendorong budaya keselamatan dan keamanan di dalam
laboratorium, sehingga lingkungan itu menjadi tempat yang aman untuk mengajar,
belajar, dan bekerja.
Berdasarkan pengalaman
baik didalam laboratorium maupun dalam industri kimia, penyebab dari kecelakaan
atau sakit kerja berturut-turut adalah sikap dan tingkah lakupara pekerja,
keadaan yang tidak aman, dan kurangnya pengawasan dari pihak pengawas
(supervisor). Sikap dan tingkah laku para pekerja yang lalai, menganggap remeh
setiap, kemungkinan bahaya dan enggan memakai alat pelindung diri, menempati
urutan pertama sebagai penyebab kecelakaan. Sikap dan tingkah laku demikian
sering dimiliki oleh para pekerja yang belum banyak memiliki pengalaman didalam
laboratorium. Dalam dunia pendidikan, hal demikian sering terjadi pada
praktikum-praktikum mahasiswa tingkat pertama dan kedua bahkan mungkin pula
pada tingkat yang lebih tinggi.
Pelepasan
atau kecelakaan dalam waktu cepat yang melibatkan bahan kimia berbahaya dapat
menjadi ancaman bagi praktikan, masyarakat, dan lingkungannya.
Persiapan-persiapan ini harus menjamin bahwa prosedur yang efektif dilakukan
untuk mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat bahan kimia ini.
Rencana ini memberikan alat bantu yang penting untuk mengevaluasi bahaya bahan
kimia di perguruan tinggi dan dunia pendidikan dan menjamin cara-cara yang
tepat ditempat untuk mengontrol bahan kimia tersebut pada situasi darurat.
Pengendalian
bahaya-bahaya bahan kimia menyangkut manajemen resiko dan prosedur tanggap
darurat. Kegiatan manajemen resiko memainkan peran penting dalam pencegahan
kecelakaan terlepasnya dan keadaan darurat bahan kimia.
Respon
terhadap tumpahan bahan kimia atau buangan lain mungkin mengandung banyak
kegiatan yang berbeda dan mungkin terkait dengan syarat peraturan yang
bermacam-macam. Kegiatan dan prosedur respon juga tidak akan terduga tergantung
dari sifat alamiah dan jumlah bahan yang terbuang. Bila perusahaan, instansi
pendidikan menyimpan bahan kimia dalam jumlah besar yang dikirim dengan tempat
yang besar (truk tanker atau kereta), maka harus disiapkan tindakan untuk
merespon insiden atas bahan dalam jumlah besar. Bahan yang terbuang dalam
jumlah besar mungkin memerlukan evakuasi, tempat tumpahan, dan pembersihan dan
pembuangan bahan sisa limbah. Jumlah bahan yang terbuang dalam jumlah kecil
mungkin hanya memerlukan sedikit persiapan lanjutan.
Semua bahan
kimia harus dievaluasi untuk menentukan beragamnya efek bahan – bahan tersebut
dalam kondisi buruk, seperti suatu keadaan darurat atau tumpahan/buangan. Untuk
mengerjakan evaluasi bahaya bahan kimia, hal pertama kali, yaitu harus
menentukan bahan apa yang ada didalamnya. Kemudian, harus diidentifikasikan
bahaya yang berhubungan dengan setiap bahan kimia. Informasi bahaya bahan kimia
harus dievaluasi dengan membandingkan kuantitas dan potensi resiko dari suatu
keadaan darurat akibat bahan kimia tersebut. Metode ini akan membantu untuk
mencapai target aktivitas perencanaan keadaan darurat bahan kimia.
Kemudian
dapat mengembangkan “Daftar Bahan Kimia Yang Disetujui”, yang memuat daftar
bahan kimia yang sedang digunakan atau disimpan. Untuk setiap bahan kimia pada
Daftar Bahan Kimia Yang Disetujui, Formulir Identifikasi dan pelacakan Bahan
Kimia harus diisi yang mengidentifikasikan nama bahan kimia, lokasi penggunaan
atau penyimpanan, perkiraan kuantitas, dan kelas bahan kimia (seperti mudah
terbakar, korosif, radioaktif, beracun, dan lain-lain. Formulir ini termasuk
informasi bahaya bahan kimia dan respon terhadap bahan kimia.
Gunakanlah
lembar data keselamatan bahan (MSDS) yang berlaku dan pelabelan bahan kimia
untuk menentukan bahaya yang terkait dengan setiap bahan kimia. Lembar data
keselamatan bahan (MSDS) harus mudah dijangkau oleh setiap individu sebagai
acuan pada saat terjadi keadaan darurat bahan kimia. Semua wadah bahan harus
diberi label dengan benar. Label-label ini harus diberi nama bahan kimia dan
peringatan akan bahaya yang cepat. Identifikasi wadah dan peringatan yang benar
merupakan kesatuan dari tanggap darurat atas buangan bahan kimia.
Pertolongan pertama pada
kecelakaan dalam laboratorium
Cara
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang terkena bahan
toksik, secara garis besar adalah sebagai berikut :
· Bila bahan kimia terhirup, maka bawa korban ke lingkungan dengan udara
bersih.
· Bila bahan kimia masuk mata, cuci bersih dengan air mengalir terus menerus
selama 5-10 menit.
· Meminumkan karbon aktif untuk menurunkan konsentrasi zat kimia dengan cara
adsorpsi.
· Meminumkan air untuk pengenceran.
· Meminumkan susu untuk menetralkan dan mengadsorpsi asam atau basa kuat dan
fenol.
Untuk memperlambat atau mengurangi
pemasukan racun maka dapat diberikan garam laksania (hanya boleh dilakukan oleh
Paramedis!!!) (MgSO4, Na2SO4) yang akan
merangsang peristaltik dari seluruh saluran pencernaan sehingga efek osmotik
akan memperlambat absorbsi air dan membuat racun terencerkan.
Jika keracunan sudah agak lama,
maka korban dibuat muntah untuk mengosongkan lambung, dengan pemberian larutan
NaCl (garam dapur) hangat. Tetapi hal ini tidak diperbolehkan untuk korban yang
masih pingsan atau keracunan deterjen, bensin, BTX (Benzene, Toluen, Xylene),
CCl4. Keracunan adalah sebagai akibat penyerapan bahan-bahan
kimia beracun atau toksik. Keracunan
dapat bersifat fatal ataupun gangguan kesehatan. Pengaruh yang lebih sering
terjadi baik yang dapat diketahui dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Pengaruh jangka panjang seperti penyakit hati, kanker, dan asbesitosis, adalah
akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi
terus-menerus.
Cara
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang mengalami luka
bakar karena panas, secara garis besar adalah sebagai berikut :
·
Mencelupkan bagian yang terbakar kedalam air es secepat mungkin.
·
Pendinginan dilakukan sampai rasa sakitnya hilang dan tidak timbul kembali
bila diangkat dari es.
·
Bila tidak memungkinkan untuk merendam bagian luka dapat dilakukan dengan
cara mengompres.
Langkah
pertolongan pendinginan diperlukan agar mengurangi rasa sakit dan yang penting
adalah bahwa pendinginan aka menghentikan atau menghambat reaksi perusakan
akibat kebakaran. Pertolongan pertama ini harus segera diikuti dengan
pengobatan dokter. Bila luka kebakaran terlalu besar, segera beri tahu dokter.
Pakaian yang menempel pada atau berdekatan dengan luka perlu dilepas. Hindarkan
kontaminasi tehadap luka dan jangan membersihka luka atau memberi bahan
pengoles. Menutup luka dengan verban atau dengan kain yang steril dan bersih
adalah cara terbaik dan segera dibawa kedokter.
Cara
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang mengalami luka
bakar karena bahan kimia, secara garis besar adalah sebagai berikut :
·
Melepaskan kontak dengan bahan yang melukai atau dapat merusak kulit
secepat mungkin.
·
Segera lepas pakaian yang terkena bahan kimia.
·
Cucilah dengan air mengalir bagian jaringan tubuh yang terluka
·
Hindari penggunaan antidote penetral atau yang lainnya.
·
Bawa kedokter untuk memperoleh tindakan dan penanganan yang lebih lanjut.
Cara
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang mengalami luka
pada mata jika terdapat benda asing pada mata seperti pecahan kaca atau benda
asing lainnya dapat masuk pada mata. Apabila benda menempel atau terikat
longgar dapat diambil dengan hati-hati. Tetapi kalau benda-benda tersebut
tertancap kuat pada bagian mata atau kornea, hanya dokter yang dapat
mengambilnya. Pengambilan yang bukan oleh ahlinya, sering justru akan
menimbulkan luka yang lebih parah.
Cara
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang mengalami luka
pada mata oleh bahan kimia, adalah sebagai berikut :
·
Mencuci mata dengan air bersih dan mengalir.
·
Bukalah kelopak mata agar pencucian merata
keseluruh permukaan mata
·
Lakukan ±15 menit dan setelah itu
segera bawa ke dokter ahli.
Ditekankan
agar tidak menggunakan larutan kimia penetral sebagai tindakan pertolongan
pertama, sebab kemungkinan memperburuk keadaan luka tetaplah ada. Bahan-bahan
kimia seperti asam sulfat, asam nitrat, asam klorida, dan asam fluorida
demikian pula senyawa basa seperti natrium/kalium hidroksida, amonia, dan
senyawa amin amat berbahaya bila terkena mata. Cara pencegahan dengan memakai
kacamata atau googles merupakan cara terbaik.
0 Response to "RENCANA TANGGAP DARURAT KIMIA"
Posting Komentar